Biasanya, kalau anak kecil minta dibelikan
cokelat, para orang tua tidak langsung memberikannya. Orang tua biasanya
membatasi anak-anak makan cokelat karena takut giginya rusak. Mereka
justru menakut-nakutinya bahwa cokelat bisa merusak gigi karena menempel
di gigi. Cokelat disalahkan sebagai perusak gigi. Sampai ada orang yang
antipati padanya. Padahal gigi rusak bukan dosa cokelat. Selain karena
gula, itu salah kita sendiri yang malas sikat gigi setelah makan cokelat.
Kesimpulan sejumlah penelitian bahkan membalikkan keyakinan selama ini
karena cokelat ternyata justru dapat meredam kemungkinan terjadinya
kerusakan gigi.
Cokelat yang
asli, dalam hal ini kakao yang belum dicampur gula, bahkan mengandung tiga
zat yang menghambat terbentuknya karies atau pembusukan pada gigi. Dalam
tulisannya mengenai cokelat, pemilik L’atelier du Chocolat Francis Mestre
menyebutkan, tanin yang mengandung polyhydroxyphenol yang mencegah berkembangnya
mikroba di mulut. Cokelat juga mengandung flour yang baik untuk gigi serta
fosfat yang menetralkan keasaman yang ditimbulkan gula.
Beberapa penelitian tentang gigi menyatakan
bahwa cokelat lebih sedikit pengaruhnya dalam memicu keropos gigi
dibanding makanan lain karena mengandung mentega cocoa, yang ada secara
alami dalam lemak sayur, yang membantu cokelat membersihkan mulut dengan
cepat (Journal of Dental Research, tahun 1991).
Tim peneliti dari Eastman Dental Center (Pusat
Gigi Eastman), Rochester, AS, menyebutkan cokelat mampu menjegal
perkembangan bakteri mulut penyebab kerusakan gigi, berkat kandungan
fosfatnya yang tinggi. Dari sekian jenis cokelat olahan, cokelat susu
(milk cooking chocolate) memiliki kemampuan paling rendah dalam
mengendalikan bakteri mulut. Karena cokelat susu mengandung campuran
cokelat murni paling sedikit.
Para peneliti pada kedua lembaga tersebut juga
menemukan adanya fakta lain yang mendukung penolakan terhadap dakwaan
merusak gigi yang ditimpakan pada cokelat. Mereka mengatakan sangat
berlebihan jika cokelat dikatakan merusak gigi. Soalnya, cokelat
mengandung lemak cokelat yang bekerja membungkus email gigi sehingga
menghindarkan gigi dari timbunan plak. Peneliti di Universitas Osaka
Jepang juga menemukan bahwa cokelat dapat melindungi gigi dari kerusakan.
Ini bisa dikatakan sebagai langkah sukses untuk memperbaiki kesehatan gigi
kelak. Para ilmuwan tersebut percaya, suatu saat nanti, beberapa komponen
yang terkandung dalam cokelat dapat ditambahkan ke dalam pencuci mulut
atau pasta gigi. Selain itu, komponen pokok cokelat, berdasar hasil
penelitian mereka, dapat menghalangi bakteri mulut.
Para peneliti menemukan bahwa bagian luar keras
yang biasanya dibuang dalam produksi cokelat-mempunyai efek anti bakteri
terhadap mulut dan dapat “bertarung” secara efektif melawan karang gigi
dan unsur-unsur perusak lainnya. Kerusakan gigi terjadi ketika bakteri
dalam mulut mengubah gula menjadi asam, yang menggerogoti permukaan gigi
dan penyebab gigi berlubang.
Para ilmuwan Jepang itu menemukan bahwa cokelat
kurang berbahaya daripada makanan bergula lainnya. Karena, unsur
antibakteri yang terdapat pada bagian luar cokelat yang keras mampu
mengimbangi kadar gula yang tinggi. Mereka menguji teorinya terhadap tikus
dengan me-nambahkan ekstrak bagian tersebut pada air minuman tikus.
Kelompok yang lain ditulari dengan bakteri streptococcus mutans, yang
menyumbang terbentuknya karang gigi dan kerusakan gigi. Mereka juga
memberikan makanan bergula tinggi. Sesudah tiga bulan, studi menemukan
bahwa tikus dengan makanan bergula tinggi, 14 giginya berlubang. Tikus
yang diberi ekstrak cokelat hanya mengalami gigi berlubang sebanyak enam
buah. Sekarang para peneliti sedang me-rencanakan pengujian penemuannya
pada manusia. Takashi Ooshima, dari Universitas Osaka, mengatakan penemuan
mereka akan membawa pada perlakuan Baru pada kerusakan gigi. “Mungkin akan
digunakan ekstrak cokelat dalam pencuci mulut, atau penambahan zat ini ke
dalam pasta gigi. Sekaligus akan merevisi kembali pembuatan cokelat yang
lebih baik untuk gigi,” katanya. Sementara itu David Beighton pada
Institut Gigi Guy, King, dan St Thomas berpendapat bahwa unsur aktif
ditemukan dalam cokelat yang juga ditemukan dalam tumbuhan lain, seperti
stik yang biasa dikunyah di Afrika. “Mereka secara pasti mempunyai
pengaruh. Tetapi, untuk kesehatan mulut yang baik, memakan banyak cokelat
tnerupakan cara baik untuk kesehatan gigi.” Juru bicara untuk British
Dental Association mengatakan, jika ini besar bahwa cokelat dapat membantu
mengurangi kerusakan berlubangnya gigi, kenyataan itu menjadi hal yang
baik. Diet yang umum dilakukan bisa menyebabkan kemungkinan plak gigi
lebih besar dibanding diet susu skim cokelat. Tetapi, harus diingat bahwa
cokelat mengandung gula.
Lagipula yang sebenarnya menjatuhkan citra
cokelat sebagai perusak gigi tak lain adalah produk cokelat olahan yang
dicampur lemak cokelat gadungan. Dalam pengolahan cokelat, mestinya bahan
baku padatan cokelat dicampur dengan lemak cokelat. Namun prosedur ini
sering dilanggar, lantaran lemak cokelat diganti dengan minyak goreng,
lantaran lebih murah. Akibatnya, keunggulannya melindungi gigi dari
serangan bakteri mulut menjadi sirna karena produk olahan cokelat tidak
lagi mengandung cukup lemak cokelat. Jadi cara yang terbaik adalah menjaga
dan memeriksakan gigi secara rutin pada dokter gigi.
0 komentar:
Posting Komentar